Ini
adalah kisah tentang seorang wanita. Jauh dari kesan sempurna.
Terjebak dari dunia keheningan, yang menyertai pelik kehidupan. Sang
wanita tak pernah merasakan indahnya nyanyian burung, desikan ranting
atau desingan peluru sekalipun. Pun tak pernah bisa mengungkapkan,
menyanyikan atau pun meneriakkan.
Ini adalah kisah tentang seorang wanita, yang hidup dengan sebuah pena Teman mengarungi lautan kehidupan.
Hidup jauh dari kesan sempurna ukuran manusia, intan, seorang penulis andal yang karyanya tak dapat diragukan lagi -tulisannya telah bisa mengelilingi dunia. Mengalami sebuah kehidupan yang sangat tidak diinginkan oleh semua orang. Berasal dari keluarga yang berada di bawah kesan sederhana. Tak dapat bicara, pun mendengar tak diharapkannya lagi.
Intan kecil menangis saat dia menjadi bahan kelakar orang tak beradab. Walau bunyi tak mampir di kedua telinganya. Namun, dia tetap bisa merasakan jarum-jarum tajam yang ditusukkan dari cercaan makhluk-makhluk berotak kerdil.
Intan kecil belajar mengenali huruf, membaca isyarat dan menulis kata-kata indah. Setiap hari, ocehan tajam dari orang-orang kejam menjadikan intan bukan sekedar sekuntum bunga yang layu karena memiliki kekurangan. Dia tidak bisa marah, berteriak atau pun membentak orang-orang itu. Semua yang ia rasakan terukir di atas kertas putih yang dinodai pena-pena kecil bertulisan kata-kata yang mengandung ribuan makna.
Kini, intan kecil berubah menjadi intan dewasa yang memiliki paras yang cantik. Rambutnya yang panjang, membuat para gadis syirik akannya. Tubuhnya yang elok menggugah birahi mata laki-laki berhidung belang.
Intan kecil yang selalu sedih, kini tak lagi ada. Dia benar-benar berubah menjadi wanita pujaan kaum adam. Walau keterbatasannya masih melekat dari kehidupannya, tapi kini ia tak lagi merana. Semua kesedihannya telah bersarang di atas kertas yang selalu ia isi dikala ia sedih.
Malam telah berlalu. Kini, mentari telah siap menampakkan cahanya. Tak ada awan atau pun penghalang lainnya. Cahaya matahari langsung mendarat ke permukaan bumi menghiasi panorama alam bumi ini. Sinarnya mencairkan tumbuhan yang kaku akibat terkena sengatan angin malam. Ribuan tetesan embun yang jatuh dari helai-helai daun ikut mengelokan pagi itu. Terdengar kicauan burung saling berbalasan untuk menganggunkan dirinya. Namun, tidak dengan Intan. Mukanya tampak layu, tak ada sedikit pun keceriaan yang terlukis di wajahnya. Intan hanya tertegun sendiri di kamarnya, memikirkan masa depannya yang dianggap tak akan cerah. Beberapa detik kemudian, Intan mendapati sentuhan tangan yang mandarat tepat di pundaknya. Ia terkaget-kaget akannya. Intan menolehkan kepalanya dan mendapati seorang laki-laki bertubuh tinggi sedang berdiri seraya menatap wajahnya.
"Sedang apa kamu? Dari tadi saya memanggilmu tak ada jawaban sedikitpun" ujar Ilham. Ia adalah satu-satunya orang yang ingin menemani Intan.
"Hmmm…" jawab Intan mendongak, seraya dengan wajah yang lemas.
Mendengar jawaban dari Intan, Ilham pun baru saja menyadari dengan apa yang telah dilakukannya. Sudah menjadi hal yang wajar kalau Intan tidak bisa mendengar atau pun menyahut panggilan dari orang lain. Ilham pun berbicara seraya dengan menggerakkan tangannya tanda isyarat kepada Intan yang maksudnya. 'Intan sedang apa kamu?'
Intan pun membalasnya dengan senyuman manis yang melekat di bibirnya. Dan ia melanjutkannya 'aku sedang tidak melakukan apa-apa. Sejak kapan kamu ada di rumahku?'
Ilham agak kebingungan dengan apa yang Intan isyaratkan kepadanya. 'aku tidak mengerti apa yang kau isyaratkan, bisakah kamu menuliskan apa yang ingin kamu katakan?' isyarat Ilham.
Saat Ilham mengambil secarik kertas untuk menuliskan perkataan dari Intan. Ia mendapati tumpukkan kertas yang berisi kata-kata yang indah. Ia melihat sederet tulisan tepat berada paling atas dari tumpukan tersebut dengan judul aku ingin bebas -yang merupakan salah satu karya Intan. Ilham mengambil tulisan tersebut dan membacanya dengan suara pelan. Kata-kata yang indah dan puitis membuat Ilham terharu akannya. Dia tidak menyangka bahwa selama ini Intan selalu menuliskan apa yang ia alami ke dalam secarik kertas kosong yang tidak akan disangka oleh siapapun. Tulisan itu berisi harapan-harapa Intan dari apa yang ia alami selama ini.
"Intan apakah ini milikmu?" Tanya Ilham, sambil menggerak-gerakan tangannya. Menandakann suatu isyarat.
Intan menganggukan kepalanya. 'mengapa kau tanyakan itu?'
'Isinya sangat indah, tak ada seorang pun yang bisa melebihi karya seperti ini. Ini adalah suatu anugerah yang alami datang dari Tuhan'.
Suasana hening di antara mereka, sesaat setelah Ilham meminta kepada Intan untuk mengirimkannya ke sebuah redaksi.
Hari baru telah tiba. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Intan menyambut senyuman dari matahari yang memesona. Wajahnya yang sangat ceria seakan memecah keterpurukan dari pengalaman yang telah ia alami. Embun-embun yang berjatuhan seakan membawa pesan kebahagiaan baginya. Tak ada sedikit pun hal yang membuat hatinya terlarut akan kesedihan. Salam manis yang datang dari bunga-bunga yang bermekaran disambutnya dengan senyuman manis dari bibirnya.
Hari ini adalah hari yang sangat indah baginya. Hari dimana Intan kecil yang selalu menangisi kekurangannya manjadi hari yang tidak akan pernah dimiliki oleh siapapun. Intan diundang oleh salah satu acara talk show di Amerika yang dibintangi oleh salah satu selebriti papan atas dunia, yaitu Oprah Winfrey. Seorang Host kelas kakap dan namanya juga terdaftar ke dalam deretan artis terkaya di dunia.
Tak pernah menyangka, sejak tulisanya yang dikirim oleh Ilham beberapa bulan yang lalu. Sekarang ia telah menjadi maestro sastrawan termuda di dunia. Tulisannya telah diakui oleh beberapa redaksi besar di dunia. Bahkan tulisannya yang sempat dibaca oleh Ilham pertama kali telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Memang, tidak akan ada orang yang menyangka bahwa seorang wanita yang selalu dianggap lemah, kini menjadi sosok seseorang yang melibihi dari kodrat manusia yang dianggap sempurna.
Ini adalah kisah tentang seorang wanita tunaganda yang bisa melebihi kemampuan orang yang dianggap sempurna. Kisahnya yang sangat getir telah membuatnya terduduk di depan layar komputer untuk menuliskan kisah yang tak pernah dilupakan.
Ini adalah kisahku, kisah dari seorang intan yang hanya ditemani seorang laki-laki yang sudi menyertai hidup kelamku dan menerimaku untuk menjadi pendamping hidupku. Ia juga telah menyulap hidupku menjadi seorang Intan yang disegani dan diakui oleh mata dunia.
Ini adalah kisahku yang berawal dari pena-pena kecil yang selalu menjadi teman hidupku.
Wawan Hermawan (wawan.hermawan.35728466[-at-]facebook.com)
Ini adalah kisah tentang seorang wanita, yang hidup dengan sebuah pena Teman mengarungi lautan kehidupan.
Hidup jauh dari kesan sempurna ukuran manusia, intan, seorang penulis andal yang karyanya tak dapat diragukan lagi -tulisannya telah bisa mengelilingi dunia. Mengalami sebuah kehidupan yang sangat tidak diinginkan oleh semua orang. Berasal dari keluarga yang berada di bawah kesan sederhana. Tak dapat bicara, pun mendengar tak diharapkannya lagi.
Intan kecil menangis saat dia menjadi bahan kelakar orang tak beradab. Walau bunyi tak mampir di kedua telinganya. Namun, dia tetap bisa merasakan jarum-jarum tajam yang ditusukkan dari cercaan makhluk-makhluk berotak kerdil.
Intan kecil belajar mengenali huruf, membaca isyarat dan menulis kata-kata indah. Setiap hari, ocehan tajam dari orang-orang kejam menjadikan intan bukan sekedar sekuntum bunga yang layu karena memiliki kekurangan. Dia tidak bisa marah, berteriak atau pun membentak orang-orang itu. Semua yang ia rasakan terukir di atas kertas putih yang dinodai pena-pena kecil bertulisan kata-kata yang mengandung ribuan makna.
Kini, intan kecil berubah menjadi intan dewasa yang memiliki paras yang cantik. Rambutnya yang panjang, membuat para gadis syirik akannya. Tubuhnya yang elok menggugah birahi mata laki-laki berhidung belang.
Intan kecil yang selalu sedih, kini tak lagi ada. Dia benar-benar berubah menjadi wanita pujaan kaum adam. Walau keterbatasannya masih melekat dari kehidupannya, tapi kini ia tak lagi merana. Semua kesedihannya telah bersarang di atas kertas yang selalu ia isi dikala ia sedih.
Malam telah berlalu. Kini, mentari telah siap menampakkan cahanya. Tak ada awan atau pun penghalang lainnya. Cahaya matahari langsung mendarat ke permukaan bumi menghiasi panorama alam bumi ini. Sinarnya mencairkan tumbuhan yang kaku akibat terkena sengatan angin malam. Ribuan tetesan embun yang jatuh dari helai-helai daun ikut mengelokan pagi itu. Terdengar kicauan burung saling berbalasan untuk menganggunkan dirinya. Namun, tidak dengan Intan. Mukanya tampak layu, tak ada sedikit pun keceriaan yang terlukis di wajahnya. Intan hanya tertegun sendiri di kamarnya, memikirkan masa depannya yang dianggap tak akan cerah. Beberapa detik kemudian, Intan mendapati sentuhan tangan yang mandarat tepat di pundaknya. Ia terkaget-kaget akannya. Intan menolehkan kepalanya dan mendapati seorang laki-laki bertubuh tinggi sedang berdiri seraya menatap wajahnya.
"Sedang apa kamu? Dari tadi saya memanggilmu tak ada jawaban sedikitpun" ujar Ilham. Ia adalah satu-satunya orang yang ingin menemani Intan.
"Hmmm…" jawab Intan mendongak, seraya dengan wajah yang lemas.
Mendengar jawaban dari Intan, Ilham pun baru saja menyadari dengan apa yang telah dilakukannya. Sudah menjadi hal yang wajar kalau Intan tidak bisa mendengar atau pun menyahut panggilan dari orang lain. Ilham pun berbicara seraya dengan menggerakkan tangannya tanda isyarat kepada Intan yang maksudnya. 'Intan sedang apa kamu?'
Intan pun membalasnya dengan senyuman manis yang melekat di bibirnya. Dan ia melanjutkannya 'aku sedang tidak melakukan apa-apa. Sejak kapan kamu ada di rumahku?'
Ilham agak kebingungan dengan apa yang Intan isyaratkan kepadanya. 'aku tidak mengerti apa yang kau isyaratkan, bisakah kamu menuliskan apa yang ingin kamu katakan?' isyarat Ilham.
Saat Ilham mengambil secarik kertas untuk menuliskan perkataan dari Intan. Ia mendapati tumpukkan kertas yang berisi kata-kata yang indah. Ia melihat sederet tulisan tepat berada paling atas dari tumpukan tersebut dengan judul aku ingin bebas -yang merupakan salah satu karya Intan. Ilham mengambil tulisan tersebut dan membacanya dengan suara pelan. Kata-kata yang indah dan puitis membuat Ilham terharu akannya. Dia tidak menyangka bahwa selama ini Intan selalu menuliskan apa yang ia alami ke dalam secarik kertas kosong yang tidak akan disangka oleh siapapun. Tulisan itu berisi harapan-harapa Intan dari apa yang ia alami selama ini.
"Intan apakah ini milikmu?" Tanya Ilham, sambil menggerak-gerakan tangannya. Menandakann suatu isyarat.
Intan menganggukan kepalanya. 'mengapa kau tanyakan itu?'
'Isinya sangat indah, tak ada seorang pun yang bisa melebihi karya seperti ini. Ini adalah suatu anugerah yang alami datang dari Tuhan'.
Suasana hening di antara mereka, sesaat setelah Ilham meminta kepada Intan untuk mengirimkannya ke sebuah redaksi.
Hari baru telah tiba. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Intan menyambut senyuman dari matahari yang memesona. Wajahnya yang sangat ceria seakan memecah keterpurukan dari pengalaman yang telah ia alami. Embun-embun yang berjatuhan seakan membawa pesan kebahagiaan baginya. Tak ada sedikit pun hal yang membuat hatinya terlarut akan kesedihan. Salam manis yang datang dari bunga-bunga yang bermekaran disambutnya dengan senyuman manis dari bibirnya.
Hari ini adalah hari yang sangat indah baginya. Hari dimana Intan kecil yang selalu menangisi kekurangannya manjadi hari yang tidak akan pernah dimiliki oleh siapapun. Intan diundang oleh salah satu acara talk show di Amerika yang dibintangi oleh salah satu selebriti papan atas dunia, yaitu Oprah Winfrey. Seorang Host kelas kakap dan namanya juga terdaftar ke dalam deretan artis terkaya di dunia.
Tak pernah menyangka, sejak tulisanya yang dikirim oleh Ilham beberapa bulan yang lalu. Sekarang ia telah menjadi maestro sastrawan termuda di dunia. Tulisannya telah diakui oleh beberapa redaksi besar di dunia. Bahkan tulisannya yang sempat dibaca oleh Ilham pertama kali telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Memang, tidak akan ada orang yang menyangka bahwa seorang wanita yang selalu dianggap lemah, kini menjadi sosok seseorang yang melibihi dari kodrat manusia yang dianggap sempurna.
Ini adalah kisah tentang seorang wanita tunaganda yang bisa melebihi kemampuan orang yang dianggap sempurna. Kisahnya yang sangat getir telah membuatnya terduduk di depan layar komputer untuk menuliskan kisah yang tak pernah dilupakan.
Ini adalah kisahku, kisah dari seorang intan yang hanya ditemani seorang laki-laki yang sudi menyertai hidup kelamku dan menerimaku untuk menjadi pendamping hidupku. Ia juga telah menyulap hidupku menjadi seorang Intan yang disegani dan diakui oleh mata dunia.
Ini adalah kisahku yang berawal dari pena-pena kecil yang selalu menjadi teman hidupku.
Wawan Hermawan (wawan.hermawan.35728466[-at-]facebook.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar