Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani Asteres Planetai yang artinya Bintang Pengelana. Dinamakan demikian karena berbeda dengan bintang biasa, Planet dari waktu ke waktu terlihat berkelana(berpindah-pindah)
dari rasi bintang yang satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan ini
(pada masa sekarang) dapat dipahami karena planet beredar mengelilingi matahari. Namun pada zaman Yunani Kuno yang belum mengenal konsep heliosentris, planet dianggap sebagai representasi dewa di langit. Pada saat itu yang dimaksud dengan planet adalah tujuh benda langit: Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars,Jupiter dan Saturnus. Astronomi modern menghapus Matahari danBulan dari
daftar karena tidak sesuai definisi yang berlaku sekarang. Sebelumnya,
planet-planet anggota tata surya ada 9, yaitu Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Jupiter/Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Namun,
tanggal 26 Agustus 2006, para ilmuwan sepakat untuk mengeluarkan Pluto
dari daftar planet sehingga jumlah planet di tata surya menjadi hanya 8.
PLANET adalah benda langit yang memiliki ciri-ciri berikut:
· mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi tersendiriagar dapat mengatasi tekanan rigid body sehingga benda angkasa tersebut mempunyai bentuk kesetimbangan hidrostatik (bentuk hampir bulat);
· tidak terlalu besar hingga dapat menyebabkan fusi termonuklirterhadap deuterium di intinya; dan,
· telah "membersihkan lingkungan" (clearing the neighborhood; mengosongkan orbit agar tidak ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup besar lainnya selain satelitnya sendiri) di daerah sekitar orbitnya
· Berdiameter lebih dari 800 km
Asumsi awal tentang fakta unik model
pembentukan tata surya berpendapat bahwa Matahari berkumpul
bersama-sama keluar dari awan gas dan debu, sisa-sisanya ada di sebuah
tempat yang luas yang berputar di sekitar bintang yang baru lahir dan
diratakan secara bertahap. Namun anggapan ini ternyata membawa dua kubu
yang “berseteru” mempertahankan pendapat tentang asal usul planet.
Pada tahun-tahun awal tata surya kita, butir debu bertabrakan dan bersatu, dan benih-benih asteroid, komet dan planet-planet terbentuk. Gravitasi dari beberapa protoplanets lebih jauh menarik gas, dan gas raksasa lainnya yang mengembang. Planet raksasa ini menyapu bersih banyak debu. Sebagian besar dari sisa reruntuhan berputar dan ditelan oleh Matahari atau keluar dari tata surya.
Pada tahun-tahun awal tata surya kita, butir debu bertabrakan dan bersatu, dan benih-benih asteroid, komet dan planet-planet terbentuk. Gravitasi dari beberapa protoplanets lebih jauh menarik gas, dan gas raksasa lainnya yang mengembang. Planet raksasa ini menyapu bersih banyak debu. Sebagian besar dari sisa reruntuhan berputar dan ditelan oleh Matahari atau keluar dari tata surya.
Pelangi adalah fenomena alam indah yang sering dilihat manusia.
Pelangi
merupakan suatu busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan
cahaya matahari oleh butir-butir air. Pelangi atau bianglala adalah
gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar
yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak
sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada suatu
saat hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air terjun yang
deras.
Biasanya
fenomena ini terjadi ketika udara sangat panas tetapi hujan turun
rintik-rintik. Kita dapat melihat jelas fenomena ini, jika kita berdiri
membelakangi cahaya matahari. Pelangi dapat pula terbentuk karena udara
berkabut atau berembun. Dalam ilmu fisika, pelangi dapat dijelaskan
sebagai sebuah peristiwa pembiasan alam. Pembiasan merupakan proses
diuraikannya satu warna tertentu menjadi beberapa warna lainnya (disebut
juga spektrum warna), melalui suatu media/ medium tertentu pula. Pada
pelangi, proses berurainya warna terjadi ketika cahaya matahari yang
berwarna putih terurai menjadi spektrum warna melalui media air hujan.
Adapun spektrum warna yang terjadi terdiri atas warna merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Fenomena
pelangi yang paling menakjubkan akan terjadi apabila udara sedikit
mendung dan terjadi hujan rintik-rintik. Saat berdiri membelakangi
cahaya matahari, kita akan mengamati pelangi dengan latar belakang awan
mendung, warna-warnanya akan tampak jelas dan tegas.
Fenomena
pelangi dapat pula terjadi di sekitar air terjun. Percikan air di
sekitar air terjun menjadi media untuk menguraikan warna dari cahaya
matahari yang bersinar. Beberapa kebudayaan di dunia menyebutkan
fenomena pelangi sebagai mitos-mitos tertentu. Di Yunani dikenal mitos
bahwa pelangi merupakan jalan dari dunia menuju surga yang dilalui oleh
Dewa Pembawa Pesan, Dewa Iris.
Proses Terjadinya Pelangi
Cahaya
matahari adalah cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna
putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya
dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Mata manusia sanggup
mencerap paling tidak tujuh warna yang dikandung cahaya matahari, yang
akan terlihat pada pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
dan ungu.
Panjang
gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna
bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di
dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru
serta ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang
gelombang.
Pelangi
tidak lain adalah busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan
cahaya matahari oleh butir-butir air. Ketika cahaya matahari melewati
butiran air, ia membias seperti ketika melalui prisma kaca. Jadi di
dalam tetesan air, kita sudah mendapatkan warna yang berbeda memanjang
dari satu sisi ke sisi tetesan air lainnya. Beberapa dari cahaya
berwarna ini kemudian dipantulkan dari sisi yang jauh pada tetesan air,
kembali dan keluar lagi dari tetesan air. Cahaya keluar kembali dari
tetesan air ke arah yang berbeda, tergantung pada warnanya. Warna-warna
pada pelangi ini tersusun dengan merah di paling atas dan ungu di paling
bawah pelangi.
Pelangi
hanya dapat dilihat saat hujan bersamaan dengan matahari bersinar, tapi
dari sisi yang berlawanan dengan si pengamat. Posisi si pengamat harus
berada di antara matahari dan tetesan air dengan matahari dibekalang
orang tersebut. Matahari, mata si pengamat dan pusat busur pelangi harus
berada dalam satu garis lurus
Jenis-jenis Pelangi
Pelangi
mempunyai bermacam jenis. Tentunya setiap jenis menampakkan gejala alam
yang berlainan. Berikut ini adalah jenis-jenis pelangi.
· Sedangkan
fenomena pelangi yang dipantulkan terjadi ketika cahaya matahari
dipantulkan menjauhi permukaan air, sebelum mencapai titik-titik air
hujan. Biasanya pelangi ini terjadi pada permukaan air yang cukup luas
dan tenang, serta dekat dengan curahan titik-titik air hujan.
· Circumhorizontal
arc. Pelangi yang Membentuk Lengkungan melingkar horizontal
(Circumhorizontal arc) Jenis pelangi yang membentuk lengkungan melingkar
horizontal di awan sebetulnya merupakan gejala mengkristalnya butiran
es. Jadi, jenis pelangi tersebut bahkan bukan merupakan fenomena
pelangi. Fenomena alam yang menyerupai pelangi tersebut dinamakan dengan
halo.
· Pelangi
di Titan (Rainbows on Titan) Planet Saturnus mempunyai satelit yang
berukuran paling besar dinamakan dengan Titan. Karena Titan memiliki
permukaan yang basah dan lembap, fenomena pelangi dapat terjadi di
permukaan satelit Saturnus ini
· Pelangi
di Matahari Halo matahari adalah lingkaran pelangi yang mengelilingi
Matahari. Halo juga bisa terjadi di sekitar Bulan pada malam hari
(gerhana bulan parsial). Fenomena halo ini disebabkan pembiasan cahaya
Matahari oleh uap air di atmosfer sehingga terlihat seperti pelangi.
Lengkungan pelangi sering terlihat di bagian bawah cakrawala karena
partikel uap air yang membelokkan cahaya Matahari berkumpul di bagian
bawah atmosfer. Di sisi lain, pada pagi atau sore hari Matahari pun
masih berada pada sudut yang rendah. Pada posisi yang miring ini,
kemampuan partikel air membiaskan cahaya lebih besar, sehingga
warna-warna yang muncul juga lebih lengkap. Pada siang hari, saat
Matahari pada posisi tegak lurus terhadap Bumi, kemampuan pembelokan
cahaya menjadi rendah sehingga warna yang terlihat sangat terbatas.
Warnanya terlihat gelap karena pandangan ke arah Matahari juga terhalang
debu. Kalau pada pagi hari, saat udara masih bersih, yang tampak adalah
warna kemerahan. Tidak mengherankan bila fenomena halo ini juga hanya
terlihat pada siang hari, sekitar pukul 12.00-1300. Selain itu, sama
seperti pelangi, fenomena halo juga hanya bisa disaksikan pada musim
hujan. Setelah musim hujan berakhir, biasanya tak ada lagi halo maupun
pelangi. Soalnya, di atmosfer sudah tidak ada lagi uap air.
Dampak negatif dan positif terjadinya fenomena alam
Dampak negatif :
Banyak
korban entah itu meninggal dunia, hilang, atau luka-luka dari kejadian
fenomena alam ya seperti Gempa Bumi, Tsunami, Angin Tornado, Banjir,
Tanah Longsor dll. Selain itu tempat tinggal atau sarana sehari-hari pun
hancur atau rusak akibat dari terjadinya bencana atau fenomena alam
tersebut.
Menurut saya tidak ada dampak positif dari fenomena alam. Karena
semua kejadian-kejadian alam semua merugikan semua manusia. Kejadian
tersebut terjadi mungkin karena alam ini sudah mulai tua. Contohnya saja
letusan Gunung berapi yang sudah mulai aktif kembali, seperti gunung
merapi yang berada di Yogyakarta, letusan tersebut banyak menelan korban
jiwa, beberapa desa rumahya terendam oleh krikil-krikil atau abu dari
letusan gunung tersebut.
Efek negatif dari Badai Matahari
· Mengganggu satelitMengganggu komunikasi radio
· Memutuskan komunikasi radio
· Merusak beberapa satelit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar